Sunday 27 January 2013

Pembentukan Karakter



Serumpun bambu tumbuh di kebun seorang petani. Pagi itu sang petani dating dan melihat sebatang bambu yang lebih tinggi dari yang lainnya. Ia berkata kepada bambu tersebut, “Bambu, saatnya telah tiba bagiku untuk memakaimu.”
“Oh, silahkan Tuan. Saya bersedia Tuan pakai menjadi apa saja yang Tuan kehendaki.” Jawab sang bambu.
“Tetapi agar engkau dapat digunakan, saya harus menebangmu lebih dulu.”
“Apa? Menebangku? Bukankah diantara semua bambu disini saya yang paling tinggi dan terlihat paling indah bila ditiup angin?”
“Benar, tetapi kalau tidak menebangmu, aku tidak bisa memakaimu dengan maksimal.”
Setelah berpikir sejenak, bambu itu berkata, “ Baiklah Tuan, tebanglah aku.”
“Tetapi bukan hanya itu saja, saya harus memotongmu dan daun-daunmu agar  engkau dapat digunakan sesuai tujuanku.” Kata Petani itu.
“Belum cukupkah Tuan menebang saya sehingga harus memotong batang dan daun-daunku?”
“Kalau tidak begitu, aku tidak bisa menggunakanmu.”
“Baiklah kalau demikian.”
“Tetapi masih ada satu lagi. Ruas-ruasmu itu menghalangiku. Jadi aku harus mengeluarkan tulang-tulang yang ada dalam ruas-ruasmu.”
Sambil tertuduk si Bambu berkata, “Lakukanlah apa yang Tuan pandang baik.”
Petani yang empunya kebun itu pun menebang Bambu tersebut, memotong cabang dan  daunnya, serta mengeluarkan tulang-tulang dari dalam bambu itu. Ia menjadikan Bambu itu sebagai saluran untuk mengairi tanah-tanah gersang yang ada di kebunnya. Akhirnya, pohon-pohon dan semua tanaman lainnya pun menjadi subur menghijau.
****

Sering kali, jika ingin Tuhan memakai diri kita dengan maksimal, kita perlu merelakan diri untuk dikikis dan dibentuk. Karakter, kepribadian, dan sifat-sifat buruk penghalang kesuksesan harus dibuang. Tentu saja hal ini menimbulkan rasa sakit yang dalam. Namun, itulah satu-satunya cara agar kita dapat menjadi pribadi yang berdaya guna. Tuhan menguji kualitas kehidupan kita dengan berbagai cara. Masalahnya adalah bukan bagaimana cara yang digunakan Tuhan, melainkan bagaimana respons kita terhadap ujian tersebut, apakah kita rela untuk dimurnikan atau sebaliknya, kita memilih untuk tetap berjalan menuju tangga keberhasilan dengan tetap menggunakan karakter-karakter lama yang negative. Berapa banyak orang yang ingin kaya tetapi tidak ingin memperkaya orang lain? Berapa banyak yang ingi dimuliakan tetapi tidak memuliakan orang lain? Kita mengingini hidup sukses dan bahagia tetapi selalu menipu dan menyakiti orang lain. Sepertinya apa yang kita inginkan sangat tidak sepadan dengan apa yang kita lakukan. Oleh karena itu, biarkan diri kita dibentuk menjadi pribadi yang pantas untuk meraih yang terbaik, yang berasal dari Atas.

No comments:

Post a Comment