Tibalah saatnya aku mengambil sebuah keputusan yang tepat.
Keputusan tentang sebuah pilihan hidupku nantinya. Orang yang dulu aku kagumi
berubah menjadi orang yang aku benci. Orang yang bertahun-tahun aku kagumi,
kini aku tidak ingin melihat wajahnya.
Cinta tulus yang aku berikan kepada dia, tidak diterima dengan
baik, malah mengabaikan aku, membiarkan aku sendiri. Semua alasan itu tertutupi
hanya satu alasan, tidak bisa menunggu aku sampai aku benar-benar siap untuk
menjadi istrinya. Aku meminta waktu bukan hanya sekedar meminta waktu saja. Aku
tentunya harus menyiapkan diri untuk menjadi istri yang sholeha dan ibu yang
baik untuk anak-anakku nantinya. Semuanya butuh waktu, aku masih terlalu muda
untuk menikah.
Aku juga harus menelusuri pribadi dia. Apakah dia pria yang pantas
untuk dinikahi atau tidak. Ternyata semua alasan dariku tidak diindahkannya.
Ternyata dia hanyalah pria yang tergesa-gesa. Aku tidak suka dengan orang yang
tidak memikirkan dulu matang-matang utnung urusan yang serius.
Sekarang aku harus mempersiapkan diri menjadi wanita yang baik
untuk dicintai. Meningkatkan kualitas diri adalah prioritas utamaku saat ini.
Terlepas darinya merupakan anugerah yang diberikan Allah untukku, dengan begitu
akupun bisa kembali melanjutkan planning hidupku, tanpa harus berfikir
untuk menikah terlebih dahulu.
Selamat tinggal cinta pertamaku, terima kasih atas selama ini,
terima kasih untuk semua kasih sayang yang kau berikan kepadaku. Andai kau mau
menungguku sebentar saja, kita akan bangun rumah tangga yang sakinah,
mawaddah, warohmah. Tapi semua itu tidak akan terjadi, karena kamu dan aku
tetap pada pilihan masing-masing. Kita tidak mengalami kecocokan dalam
menentukan sebuah keputusan. Terakhir, terima kasih untuk air mata ini, aku
memang tidak bisa melepaskanmu, tapi kamu yang berusaha untuk melepaskanku. Ya
sudah, permintaanmu aku tunaikan. Semoga kau bahagia dengan pilihan hidupmu.
Semoga aku dipertemukan oleh Allah dengan sang imamku. Aminn...
No comments:
Post a Comment